Postingan

Bincang

Hi,  Sepertinya aku sedang tidak baik-baik saja sampai bisa membuka blog dan menulis lagi. Sebenarnya hanya ingin berbincang, karena tidak ada tempat selain twitter dan blog ini untuk menumpahkan semua yang sedang aku pikirkan, karena kamu sudah tidak peduli dengan apa yang aku ucapkan, ceritakan, dan yang aku keluhkan. Bincang mengenai apa? ya, tidak jauh-jauh masalah hati. Aku lagi suka sama rintik sedu, tahu kan rintik sedu? podcast yang ada di spotify, kata demi katanya sedikit membuatku sadar untuk tidak menaruh ekspektasi yang begitu tinggi sama kamu. Ekspektasi yang sering aku ciptakan terkadang membuatku kecewa sendiri, padahal aku yang buat ya? saat tidak sesuai dengan yang aku harapkan, aku malah marah sama kamu, nyebelin kan? Tapi, yang lebih nyebelinnya kamu bukannya nenangin, malah ikut marah juga, bahkan seolah tidak peduli dengan semuanya.   Aku ngga tau, entah aku yang terlalu naif atau semua harapan yang aku ciptakan terlalu tinggi untuk sampai pada reali...

Tentang.... - Bagian Kedua

Sebenarnya saya bukanlah seorang penulis yang mahir membuat berbagai kata sehingga digabungkan menjadi suatu kalimat yang sangat amat indah, saya juga bukanlah seorang puitis yang mampu membuat suatu kalimat menjadi bermakna dengan menggunakan keahlian bermajasnya. Tapi saya adalah seorang yang tidak tahu diri, seseorang yang diam-diam menyukaimu begitu dalam tanpa pernah kau sadari. Saya menanti tanpa tahu kapan berakhir, tanpa sadar kapan memulai, dan tanpa menebak bagaimana ujungnya. Terlalu rumit untuk menjelaskan semua angan dan khayal yang saya ciptakan sendiri. Rumit? Iya Saya selalu meyakinkan diri sendiri kalau tujuan awal saya mengenal kamu adalah sebagai seorang teman, saya harus tahu itu dan memposisikan diri sebagai seorang teman. Tapi, memang benar katanya susah sekali perempuan dan laki-laki bisa menjadi teman dengan baik, dengan intensitas chat setiap hari. Saya juga gak bisa sepertinya. Saya cuman ingin kamu ada dulu sama saya, terlepas cuma jadi te...

Tentang.... - Bagian Kesatu

Hallo saya, PC kantor, Jari jemari Lama sekali saya tidak berbagi kisah, karena kebetulan hidup saya sedang ada warnanya, terlalu sibuk berbahagia tidak ada waktu untuk membagikan kisah. Dulu saya sempat berfikir, bahwa tidak ada manusia yang bisa mengerti saya, selain mantan saya. Saya berfikir, dia adalah manusia terbaik yang pernah saya temukan. Saya adalah manusia yang paling menyakitkan ketika saya harus menyadari kalau saya tidak bisa bersama dia, saya juga adalah manusia yang paling menyedihkan untuk bisa menyadari kalau dia sudah bersama orang lain. Bodoh memang, saya yang meninggalkan tapi saya sendiri yang repot. Kerepotan itu harus saya tanggung sampai satu tahun lamanya. Setelahnya, Saya benar-benar tidak pernah menemukan tempat cerita terbaik selain dia. Bingung, harus cerita kesiapa. Bercerita urusan hati terlalu rumit, saya tidak butuh nasihat hanya butuh didengarkan atau sekedar meluapkan. Saya coba tumpahkan kedalam tulisan-tulisan saya, mulai d...

Mengeja Rindu

Sebelumnya, izinkan aku meminta maaf atas semua perlakuanku selama ini yang sudah semena-mena denganmu dari mengabaikan bahkan meninggalkan dan meminta jarak. Tapi kenyataannya sekarang, aku sendiri yang lelah. Iya, aku lelah. Aku lelah dengan jarak, dan benci dengan waktu yang memenjara. Persetan dengan kenangan, aku ingin kau duduk disampingku sekarang! Bercerita tentang apa saja Berbicara bukan tentang apa-apa Berargumen mengenai kemana kita akan pergi Aku rindu, Ingin ku lipat saja jarak biar kau selalu dekat---agar kau selalu disini bersamaku. Kalau saja rindu bisa aku enyahkan, akan kubuang dipinggir jalan. Ajari aku bagaimana cara mengeja rindu. Menjelaskan perasaan-perasaan yang buncah ketika aku mengingatmu. Atau ingatan yang sekelebat menyerangku ketika aku melewati tempat bersama kita dulu . Aku menulis ini seusai pulang kantor, dengan kepala yang penat akan kerjaan. Selama perjalanan pulang, tak henti-hentinya aku membodohi diriku sendiri tepat pada musik yang m...

Abu-abu

Gambar
Kamu, temanku, sahabat lelakiku. Tak tau sejak kapan, aku memutuskan untuk menjatuhkan hatiku padamu. Sebuah kisah yang menceritakan tentang pertemuan singkat. Iya benar, pertemuan yang tidak disengaja. Membuat diriku memiliki rasa---rasa dalam diam yang membisu hingga kelu membiru. Kamu, temanku, hanya teman. Senyummu yang katanya biasa saja mampu memikat aku hingga terjerat, tatapan matamu yang teduh menyejukkan hatiku, ketika kamu diam pun masih mampu memikat aku dengan pesona wajah 'sok tampanmu itu'. Sejak kamu memposting snapgram story boomerang kita berdua yang sedang hujan-hujanan, teman-teman dikelas menjadi sering membicarakan kita. Bahkan, meledek aku habis-habisan. Merubah nama kita menjadi Dilan dan Milea. Dan semenjak itu juga aku jadi tidak leluasa jika didekatmu, karena hatiku mulai nakal jika aku disampingmu. Begitupun dengan semua teman kita, setiap hari yang aku dengar selalu 'ciee Dilan Milea'. Tapi, tak apa. bukankah kelas menjadi ...

Tuan Sirius

Ada sesuatu yang tengah menggangguku akhir-akhir ini, kamu berotasi di kepalaku semenjak sore itu, kini semuanya menjadi tak biasa. Bintang memintaku untuk menceritakan apa yang aku alami sore kemarin dan hari-hari kita sebelumnya, bolehkah? Sore kemarin, saat hujan jatuh di pelataran petang, kita menikmati setiap obrolan maupun candaan di pinggir jalan basah itu. Tawamu yang seketika menyembunyikan jendela mata hitammu, menyipit dan penuh ranjau itu terlalu indah bagi perempuan seperti aku. Rintik hujan, motor hitam, dan pisang cokelat hangat menemani kita pada petang itu. Dengan berbalut mantel hujan dan celana putih abu-abu yang sudah basah kuyup, kamu membuatku kembali ke duniaku yang berwarna---dunia yang dimana isinya hanya terdapat kebahagiaan yang aku rasakan. Lontaran-lontaran manis selalu kamu ucapkan, pipiku tak bisa menyembunyikan semburat merah yang mendadak keluar, getaran-getaran di jantungku kian mencepat, entah aku bingung dengan semua ini. Ketika mata kita ber...

Penyempurna Patahku

Di saat kamu membaca ini, mungkin bagimu sudah tiada gunanya lagi. Bahwasannya kamu yang telah leluasa, yang dulu begitu kuasa kutempatkan di semua perayaan bahagia kita, kini tampak seperti tidak terjadi apa-apa. Foto kita yang memasang lembaran penuh tawa, akhirnya menjadi pengenang waktuku ketika aku sadar---dekatnya kita tak lagi seprti yang kulihat di dalamnya. Serta senyum-senyum itu, barangkali di matamu sudah tak tergambarkan kehangatan yang pernah kita teguk bersama. Beralih ke tempat yang pernah sama-sama kita langkahkan kaki, kedai roti itu---ah, ada rasa sesak di dada yang tak bisa aku jelaskan. Aku sempat tak percaya rasanya baru kemarin kita menghabiskan waktu berdua disana. Bahkan, kau genggam aku erat seraya tak membiarkan siapapun nantinya merebut hati ini. Namun, yang terlukis disana hanyalah ingatanku. Kenyataannya, kau tetap pergi. Ada konsep yang harus kujalani selepas berakhirnya kita; Kau bergerak mendapati lagi dirimu sebagaimana mestinya, memulai hal-hal ...