Abu-abu

Kamu,
temanku,
sahabat lelakiku.

Tak tau sejak kapan, aku memutuskan untuk menjatuhkan hatiku padamu. Sebuah kisah yang menceritakan tentang pertemuan singkat. Iya benar, pertemuan yang tidak disengaja. Membuat diriku memiliki rasa---rasa dalam diam yang membisu hingga kelu membiru.

Kamu,
temanku,
hanya teman.

Senyummu yang katanya biasa saja mampu memikat aku hingga terjerat, tatapan matamu yang teduh menyejukkan hatiku, ketika kamu diam pun masih mampu memikat aku dengan pesona wajah 'sok tampanmu itu'.

Sejak kamu memposting snapgram story boomerang kita berdua yang sedang hujan-hujanan, teman-teman dikelas menjadi sering membicarakan kita. Bahkan, meledek aku habis-habisan. Merubah nama kita menjadi Dilan dan Milea.

Dan semenjak itu juga aku jadi tidak leluasa jika didekatmu, karena hatiku mulai nakal jika aku disampingmu. Begitupun dengan semua teman kita, setiap hari yang aku dengar selalu 'ciee Dilan Milea'.

Tapi, tak apa.
bukankah kelas menjadi ramai dengan adanya kita?

Teruntuk kamu,
yang masih abu-abu,
tetaplah menjadi warna dihidupku.

Kamu,
sebaik-baiknya teman lelaki yang aku miliki.
aku bersyukur menjadi temanmu.
sampai,
aku tau ada yang cemburu.
bukan,
bukan wanita lain---melainkan hatiku.

Entah.

Sudah keberapa kalinya kamu menjadi objek dalam tulisanku,
yang aku tuangkan dalam rangkaian kata yang berharmoni.

Kamu,
lebih dari apa yang bisa aku gambarkan.

Kamu,
bukan lagi keindahan galaksi,
bukan lagi keindahan semesta,
bukan lagi keindahan antariksa.

Sebenarnya aku bukanlah seorang penulis yang mahir membuat berbagai kata sehingga digabungkan menjadi suatu kalimat yang sangat amat indah, aku juga bukanlah seorang puitis yang mampu membuat suatu kalimat menjadi bermakna dengan menggunakan keahlian bermajasnya. Tapi aku adalah seorang yang tidak tahu diri, seseorang yang diam-diam menyukaimu begitu dalam tanpa pernah kau sadari.

Aku habiskan semua tinta pena yang aku miliki, untuk menciptakan 1000 puisi tentangmu. Senyum yang selalu meninggalkan sisa kehangatan, yang selalu terlukis walaupun terlalu semu untuk kugapai.

Aku menanti tanpa tahu kapan berakhir, tanpa sadar kapan memulai, dan tanpa menebak bagaimana ujungnya. Terlalu rumit untuk menjelaskan semua angan dan khayal yang aku ciptakan sendiri.

Untukmu,
yang selama ini terlalu abu-abu bagiku,
aku hanya ingin tahu apa warnamu yang sebenarnya.
kamu tidak putih, tidak juga hitam,
kamu seolah berkata 'ya' namun 'tidak' yang aku rasa.

Jika menyukaimu adalah sebuah kesalahan, mengapa aku tak pernah bosan untuk menunggu?


---teman pulang bareng

Komentar