Tentang.... - Bagian Kedua

Sebenarnya saya bukanlah seorang penulis yang mahir membuat berbagai kata sehingga digabungkan menjadi suatu kalimat yang sangat amat indah, saya juga bukanlah seorang puitis yang mampu membuat suatu kalimat menjadi bermakna dengan menggunakan keahlian bermajasnya. Tapi saya adalah seorang yang tidak tahu diri, seseorang yang diam-diam menyukaimu begitu dalam tanpa pernah kau sadari.

Saya menanti tanpa tahu kapan berakhir, tanpa sadar kapan memulai, dan tanpa menebak bagaimana ujungnya. Terlalu rumit untuk menjelaskan semua angan dan khayal yang saya ciptakan sendiri.

Rumit?

Iya

Saya selalu meyakinkan diri sendiri kalau tujuan awal saya mengenal kamu adalah sebagai seorang teman, saya harus tahu itu dan memposisikan diri sebagai seorang teman. Tapi, memang benar katanya susah sekali perempuan dan laki-laki bisa menjadi teman dengan baik, dengan intensitas chat setiap hari. Saya juga gak bisa sepertinya.

Saya cuman ingin kamu ada dulu sama saya, terlepas cuma jadi teman atau apapun itu. Saya bahagia ada kamu didunia saya.

Tapi.. tapi, saya sudah banyak belajar dari kejadian saya sebelumnya, Saya harus siap patah hati, sebelum jatuh hati. Ini yang harus saya persiapkan banyak.

Setelah semua yang sudah kita lakukan bersama-sama, saya menyimpulkan kamu sosok lelaki yang sangat amat baik. Gak hanya ke saya, tapi ke perempuan lain juga. Kamu baik ke semuanya. Mungkinkah selama ini saya terhanyut pada perasaan yang sangat amat mendalam kepadamu?

Oke, balik lagi ke kalimat diatas.

Saya harus siap patah hati, sebelum jatuh hati.

Sampai tiba-tiba saya bilang,

''Jangan mendekat, kalau hanya sekedar singgah."

Disini saya yang merasa banyak berjuang untuk perasaan saya, memperjuangkan perasaan saya ke kamu.

Menyakitkan sebetulnya,

Terlalu menyakitkan.

Tapi, lagi-lagi saya gak mau membahas banyak hal ini.

Mungkin saya skip aja ya kejadian ini.



Setelah drama yang sudah kita lewati, saya memantapkan hati untuk tetap berada disampingmu, dan masih dengan perasaan yang sama, mencintai teman lelaki saya dalam diam. Tapi, tiba-tiba dia bilang,

"Segimanapun kita untuk engga ngelibatin perasaan tetap aja rasa itu bakalan tetap ada, meskipun kita berusaha keras menyembunyikannya"

Maksudnya apa, ya?

Bisa gak jangan buat saya terlalu senang saat baca kalimat itu, nanti jatuhnya saya yang malah berharap banyak sama kamu. Padahal kamu ngomong itu, gak sungguh-sungguh.

Kemudian dia bertanya,

[12 Mei 2018, 19:40] "Menurutmu kita apa?"
[12 Mei 2018, 19:45] "Ya temen, emang apa?"
[12 Mei 2018, 19:46] "Kita itu gajelas, ditengah-tengah antara teman dengan pasangan''
[12 Mei 2018, 19:49] ''Let it flow, selesaikan aja urusan kamu dan perasaan kamu, saya dukung apapun dan bagaimanpun nantinya"
[12 Mei 2018, 19:49] ''Kamu orang yang tepat, cha''

Saya senang sekali membaca kalimat itu, saya merasa dianggap ada. Padahal, lebih jauh dari itu. Saya yang harus banyak berterimakasih sama kamu, sudah menjadi penyembuh luka terbaik, penghapus memori terpahit saya. Atau memang mungkin kita benar-benar merasa membutuhkan dan dibutuhkan.

\udah dulu, nanti dilanjut\


Komentar