Mengeja Rindu
Sebelumnya, izinkan aku meminta maaf atas semua perlakuanku selama ini yang sudah semena-mena denganmu dari mengabaikan bahkan meninggalkan dan meminta jarak. Tapi kenyataannya sekarang, aku sendiri yang lelah. Iya, aku lelah.
Aku lelah dengan jarak, dan benci dengan waktu yang memenjara. Persetan dengan kenangan, aku ingin kau duduk disampingku sekarang!
Bercerita tentang apa saja
Berbicara bukan tentang apa-apa
Berargumen mengenai kemana kita akan pergi
Aku rindu,
Ingin ku lipat saja jarak biar kau selalu dekat---agar kau selalu disini bersamaku. Kalau saja rindu bisa aku enyahkan, akan kubuang dipinggir jalan. Ajari aku bagaimana cara mengeja rindu. Menjelaskan perasaan-perasaan yang buncah ketika aku mengingatmu. Atau ingatan yang sekelebat menyerangku ketika aku melewati tempat bersama kita dulu.
Aku menulis ini seusai pulang kantor, dengan kepala yang penat akan kerjaan. Selama perjalanan pulang, tak henti-hentinya aku membodohi diriku sendiri tepat pada musik yang mengalun di kedua telingaku. Musik yang sebelumnya aku tunjukkan padamu "lagu ini asik ya". Tapi, disaat kalut seperti ini bukan musiknya yang aku resapi, melainkan liriknya.
Lirik yang benar-benar membuatku mengutuk diriku sendiri, bahwa selama ini akulah yang egois, akulah yang salah, dan kamu? tahan dengan semua sikapku, seakan-akan kamu yang benar-benar salah :)
"Maaf"
Tanpa sengaja kata-kata itu terlontar begitu saja dari bibirku dengan kacamata yang ternyata sudah berembun akibat tetes demi tetes air mataku tepat di lampu yang sedang berwarna merah.
Dan "maaf" juga tulisan ini hanya bisa ku utarakan di blog sampahku. Karena aku pun tak punya sedikitpun keberanian untuk mengutarakannya langsung kepadamu.
Aku lelah dengan jarak, dan benci dengan waktu yang memenjara. Persetan dengan kenangan, aku ingin kau duduk disampingku sekarang!
Bercerita tentang apa saja
Berbicara bukan tentang apa-apa
Berargumen mengenai kemana kita akan pergi
Aku rindu,
Ingin ku lipat saja jarak biar kau selalu dekat---agar kau selalu disini bersamaku. Kalau saja rindu bisa aku enyahkan, akan kubuang dipinggir jalan. Ajari aku bagaimana cara mengeja rindu. Menjelaskan perasaan-perasaan yang buncah ketika aku mengingatmu. Atau ingatan yang sekelebat menyerangku ketika aku melewati tempat bersama kita dulu.
Aku menulis ini seusai pulang kantor, dengan kepala yang penat akan kerjaan. Selama perjalanan pulang, tak henti-hentinya aku membodohi diriku sendiri tepat pada musik yang mengalun di kedua telingaku. Musik yang sebelumnya aku tunjukkan padamu "lagu ini asik ya". Tapi, disaat kalut seperti ini bukan musiknya yang aku resapi, melainkan liriknya.
Lirik yang benar-benar membuatku mengutuk diriku sendiri, bahwa selama ini akulah yang egois, akulah yang salah, dan kamu? tahan dengan semua sikapku, seakan-akan kamu yang benar-benar salah :)
"Maaf"
Tanpa sengaja kata-kata itu terlontar begitu saja dari bibirku dengan kacamata yang ternyata sudah berembun akibat tetes demi tetes air mataku tepat di lampu yang sedang berwarna merah.
Dan "maaf" juga tulisan ini hanya bisa ku utarakan di blog sampahku. Karena aku pun tak punya sedikitpun keberanian untuk mengutarakannya langsung kepadamu.
Boleh komen?
BalasHapus