Pria di Bulan Desember
Desember, bulan perkenalan kita dulu. Ingatkah kamu dengan lucunya awal perkenalan kita? Aku sangat ingat betul alur-alur dari perjalanan kita.
Desember 2013,
Bulan manis penuh suka, aku menjadi perempuan beruntung kala itu, aku akui memang begitu adanya. Hingga berangsur-angsur aku tetap menjadi perempuan yang bahagia. Perempuan yang sangat dicintai oleh pria sepertimu, aku bahagia, sangat!
Desember 2014,
Aku masih menyandang status perempuan paling bahagia dimuka bumi ini, perempuan yang teramat beruntung dicintai oleh pria sepertimu. Aku tak bisa berkata-kata dengan bulan ini saking bahagianya. Kamu berjanji di Desember selanjutnya tepat akhir tahun akan menghabiskan waktu bersamaku, tak kalah senang aku mendengarnya. Benar-benar perempuan paling beruntung.
Desember 2015,
Hatiku patah, hancur, remuk---melihat postingan instagrammu dengan wanita lain. Tampak raut wajah gembira tertera di bibirmu. Sungguh kacau Desember kali ini, dan aku merasa benar-benar menjadi perempuan yang sangat amat menyedihkan.
Desember 2016,
Titik lemahku, kamu kembali ke pelukanku, dan aku menjadi wanita yang sering tersenyum lagi akibat dirimu. Apa? Bodoh? Iya, aku memang bodoh. Setelah apa yang sudah kamu lakukan di Desember lalu dengan wanita itu. Tapi tak apa, aku memaafkan, aku mengenyampingkan pikiranku, aku menuruti kata hatiku---yang masih menyayangimu. Tetapi, bulan ini bukan kamu yang tidak menepati janjimu, tapi aku. Aku yang tak bisa menghabiskan malam akhir tahun bersamamu, karena ada acara keluarga yang harus aku hadiri. Maaf, maafkanlah aku...
Desember 2017,
Sekarang, ya? hehe, lagi-lagi kamu sudah tidak ada disini bersamaku. Sempat terlintas mengenai janji itu, janji dari 2014 lalu yang belum sempat terlaksana sampai sekarang. Entah, aku yang bodoh atau kamu yang jahat? Mungkin aku yang bodoh, perempuan bodoh yang masih saja stuck di arah yang sama. Ngga kerasa ya udah 4 tahun? dan aku masih disini dengan perasaan yang sama, sedangkan kamu? Entahlah.
---
Hey, sadarlah! Dia sudah tidak lagi menginginkanmu, buat apa masih berdiam diri disitu? Sudah 1,440 hari kamu menyakiti hatimu sendiri. Menunggu kamu bilang? Menoleh saja dia sudah enggan.
Hey, bercerminlah! Kamu tak lebih dari perempuan dengan tingkat kecemburuan yang sangat tinggi, dan pikiran yang masih kekanak-kanakan. Apa dia bakal peduli denganmu jika kamu merubah sifatmu 360 derajat? Tidak!
Hey, bangunlah! Jangan bermimpi ketinggian, menganggap ia bakal luluh denganmu berbekal 'penungguanmu' yang tak ada gunanya.
---
Terserah, terserah kalian semua mau berkata apa. Biarkan aku disini dengan sekeping hati yang masih kuat menunggunya, menunggu ia balik ke asal rumahnya, mungkin sekarang ia sedang berkelana ke hati-hati lain, tak apa. Tak tahukah kalian bahwa aku adalah perempuan yang hebat dalam hal menunggu?
Desember 2013,
Bulan manis penuh suka, aku menjadi perempuan beruntung kala itu, aku akui memang begitu adanya. Hingga berangsur-angsur aku tetap menjadi perempuan yang bahagia. Perempuan yang sangat dicintai oleh pria sepertimu, aku bahagia, sangat!
Desember 2014,
Aku masih menyandang status perempuan paling bahagia dimuka bumi ini, perempuan yang teramat beruntung dicintai oleh pria sepertimu. Aku tak bisa berkata-kata dengan bulan ini saking bahagianya. Kamu berjanji di Desember selanjutnya tepat akhir tahun akan menghabiskan waktu bersamaku, tak kalah senang aku mendengarnya. Benar-benar perempuan paling beruntung.
Desember 2015,
Hatiku patah, hancur, remuk---melihat postingan instagrammu dengan wanita lain. Tampak raut wajah gembira tertera di bibirmu. Sungguh kacau Desember kali ini, dan aku merasa benar-benar menjadi perempuan yang sangat amat menyedihkan.
Desember 2016,
Titik lemahku, kamu kembali ke pelukanku, dan aku menjadi wanita yang sering tersenyum lagi akibat dirimu. Apa? Bodoh? Iya, aku memang bodoh. Setelah apa yang sudah kamu lakukan di Desember lalu dengan wanita itu. Tapi tak apa, aku memaafkan, aku mengenyampingkan pikiranku, aku menuruti kata hatiku---yang masih menyayangimu. Tetapi, bulan ini bukan kamu yang tidak menepati janjimu, tapi aku. Aku yang tak bisa menghabiskan malam akhir tahun bersamamu, karena ada acara keluarga yang harus aku hadiri. Maaf, maafkanlah aku...
Desember 2017,
Sekarang, ya? hehe, lagi-lagi kamu sudah tidak ada disini bersamaku. Sempat terlintas mengenai janji itu, janji dari 2014 lalu yang belum sempat terlaksana sampai sekarang. Entah, aku yang bodoh atau kamu yang jahat? Mungkin aku yang bodoh, perempuan bodoh yang masih saja stuck di arah yang sama. Ngga kerasa ya udah 4 tahun? dan aku masih disini dengan perasaan yang sama, sedangkan kamu? Entahlah.
---
Hey, sadarlah! Dia sudah tidak lagi menginginkanmu, buat apa masih berdiam diri disitu? Sudah 1,440 hari kamu menyakiti hatimu sendiri. Menunggu kamu bilang? Menoleh saja dia sudah enggan.
Hey, bercerminlah! Kamu tak lebih dari perempuan dengan tingkat kecemburuan yang sangat tinggi, dan pikiran yang masih kekanak-kanakan. Apa dia bakal peduli denganmu jika kamu merubah sifatmu 360 derajat? Tidak!
Hey, bangunlah! Jangan bermimpi ketinggian, menganggap ia bakal luluh denganmu berbekal 'penungguanmu' yang tak ada gunanya.
---
Terserah, terserah kalian semua mau berkata apa. Biarkan aku disini dengan sekeping hati yang masih kuat menunggunya, menunggu ia balik ke asal rumahnya, mungkin sekarang ia sedang berkelana ke hati-hati lain, tak apa. Tak tahukah kalian bahwa aku adalah perempuan yang hebat dalam hal menunggu?
Komentar
Posting Komentar