Argumentasi Hati

Kita sama-sama mempunyai hati, bahkan kita juga pernah mengalami sakit hati yang teramat pedih bukan?

Lantas, jika kita sama-sama mempunyai hati dan pernah mengalami sakit hati, mengapa kau lakukan ini padaku berulang kali?

Bukankah kau juga pernah merasakan sebuah karma yang teramat sakit? Lalu, kau mau mengulanginya kembali?

Bodoh,

Bukan harus mengulangi hal yang sama, sedangkan kita pun tahu akan ada sakit teramat sakit yang akan diterima.

Bagaimana jika hati yang aku punya kau gores terus menerus lalu ia berhenti untuk mencintaimu? Apa kau siap menerima semua karma yang pernah kau alami?

Jika sampai saat ini kau masih berdiam diri, jangan salahkan aku ketika aku pergi nanti. Tapi, tanyakan pada hatimu yang sudah hampir mati.

Karena kita sama-sama mempunyai hati, jadi kurasa kau tahu bagaimana rasanya sakit hati. Untuk sementara maafkan aku pergi, karena hati butuh menyendiri agar bisa pulih kembali.

Aku akan kembali jika kau sudah berdamai bersama hatimu sendiri, jika kembali pun mungkin rasaku takkan sama, lantas kau harus terima karma yang sama.

Sejak saat itu, akupun tersadar dari lamunan kebodohan yang aku ciptakan sendiri. Bahwa, perasaan seseorang tidak selamanya abadi, bahwa yang aku pikir selamanya bersama, tidak akan selamanya bersama.

Suatu saat nanti, kau sendiri akan menyadari. Betapa aku sungguh-sungguh sepenuh hati, tapi kau selalu saja menyakiti. Suatu saat nanti, kau akan mengerti. Bagaimana berjuang bertahan sendirian, ketika yang kau perjuangkan tak ingin dipertahankan.

Mungkin, pada suatu saat kelak satu diantara kita akan tiba disini lagi. Berjalan dengan langkah ragu seraya mengingat beberapa lagu yang pernah terlantun di masa lalu lalu terduduk di kursi yang sama menunggu sesuatu yang telah tiada.

Biar, biar saja aku abadikan dirimu dalam goresan tinta ini. Agar kelak jika aku lupa, tulisan ini masih bisa aku baca dan aku menjadi ingat kembali. Setidaknya, aku perlu tahu bahwa dahulu kala di waktu yang telah menjadi usang aku pernah begitu tabah mencintai punggung lelaki yang tak pernah menoleh kearahku.

Dari aku,

Gadis penikmat luka.

Komentar